Selasa, 06 September 2011

Sinopsis Damo




A drama that triggers deep feeling and emotion. It makes you cry almost all the time and you will think about it lots right after you watch it. It's classic and depressing. It definitely presents great fighting scenes and great deep deep story

Cast
Ha Ji Won : Chae Ok/ Jae Hee
Lee Seo Jin : Hwangbo Yoon
Kim Min Joon : Sung Baek/ Jae Mo

Screenwriter : Jung Hyung Soo
Drector : Lee Jae Kyu

Ditayangkan di stasiun TV MBC (Korea) pada Juli 2003




Drama ini bersetting pada Dinasti Chosun. Keluarga Jang merupakan keluarga bangsawan yang terpelajar, karena kejujuran dan keteguhan hati dari sang kepala keluarga, keluarga ini dianggap sebagai penghianat negara. Setelah keluarga tersebut digulingkan dan tercerai-berai, Chae Ok/ Jae Hee (anak kedua dari keluarga Jang) terpisah dari ibu dan kakak laki-lakinya, sedangkan ayahnya lebih memilih bunuh diri daripada mati disiksa di penjara.



Karena tertangkap oleh pasukan penguasa, Chae Ok yang masih berumur 7 tahun dijadikan pelayan di keluarga Hwangbo Yoon. Saat Yoon dikirim ke kuil untuk belajar bela diri, Chae Ok pun turut untuk menjadi pelayannya. Saat Yoon menjadi komandan pasukan kepolisian, Yoon menjadikan Chae Ok menjadi damo, polisi bawahannya. Keduanya terjebak dalam hubungan yang cukup kompleks yang terhalang oleh status sosial yang berbeda.


Damo berarti polisi wanita kelas bawah yang tak berbeda dengan budak, bisa juga diartikan sebagai wanita penyaji teh. Walaupun tergolong sebagai wanita kelas rendah, akan tetapi Damo memiliki wewenang untuk menginvestigasi ruang privasi wanita dan menginterogasi wanita dari kelas atas yang mana hal tersebut tidak boleh dilakukan oleh polisi pria.

Saat Chae Ok ditugaskan untuk menyusup ke gerombolan pembuat uang palsu, Chae Ok jatuh cinta kepada Jang Sung Baek, sang pemimpin gerombolan. Chae Ok melihat Jang Sung Baek sebagai pemimpin yang karismatik, misterius, menolak diberlakukannya status sosial dalam masyarakat, serta sangat baik hati terhadap bawahan dan warganya. Well, he's the Robin Hood deh, tapi Robin Hood-nya Korea :). Tapi ada sisi lain dari Sung Baek, dia adalah pria yang sangat dingin dan kejam, terutama kalau melihat ketidak-adilan. Saat Chae Ok berada di 'dunia'-nya Jang Sung Baek, Chae Ok merasakan dunia yang penuh kesetaraan / equality (tanpa status sosial), hal yang tidak pernah Chae Ok rasakan saat dia menjalani hidup bersama Hwangbo Yoon dan rekan kerjanya di biro kepolisian.


Walaupun tidak ada status sosial yang menjadi penghalang hubungan Chae ok dan Sung Baek, akan tetapi di mata Chae Ok, Jang Sung Baek adalah musuh yang seharusnya ditangkap. Selain menjadi pemimpin gerombolan pembuat uang palsu, dia juga merencanakan hal yang lebih besar, dan pembuatan uang palsu hanyalah salah satu cara untuk menjalankan rencana besarnya itu.

Di sinilah, Chae Ok mengalami dilema antara tugasnya sebagai penegak hukum, ketertarikannya pada pemimpin gerombolan tersebut, serta menyukai dua pria yang berbeda. Intinya Chae Ok terjebak dalam dua cinta terlarang. Apakah Chae Ok mencintai Jang Sung Baek (the Korean Robin Hood) ataukah dia lebih memilih Hwangbo Yoon (the good boy)? Berhasilkah kepolisian yang dipimpin oleh Hwangbo Yoon mengungkap sindikat pemalsu uang tersebut? siapakah Jang Sung Baek sebenarnya? Dan apa yang ia rencanakan? Berhasilkah Chae Ok bertemu kembali dengan keluarganya? Silakan tonton sendiri ya...


Saya jarang nonton drama kolosal Korea, karena biasanya jalan ceritanya aneh dan episodenya kebanyakan (alias gak tamat-tamat. Tapi satu pengecualian saya berikan untuk Damo, selain jalan ceritanya tidak bertele-tele, episodenya juga cuma 14 episode. Penggambarannya sangat tragis, biarpun sudah beberapa kali nonton, saya kadang masih suka nangis bombay gara-gara nonton drama ini. Yap, layaknya drama Korea lainnya, drama ini berhasil mengaduk-aduk perasaan para penonton, kadang dibikin nangis, kadang dibikin hepi, tapi nangisnya lebih banyak sih!!! Selain itu, di setiap episode-nya, selalu ada fakta baru yang terungkap, yang awalnya tidak terpikirkan oleh penonton, alias ceritanya susah ditebak. Rasa penasaran penonton baru akan terjawab seluruhnya pada episode-episode terakhir (episode 13 dan 14).

Saya benar-benar kagum dengan ketiga pemeran utamanya khusus untuk peran mereka di drama ini. Dan mungkin kalau mereka tidak berperan di sini, saya gak akan tahu kalau mereka bisa berakting sebagus itu. Maklum lah, sutradaranya dalah Lee Jae Kyu, sutradara yang juga mendirect Tae Guk Ki. Btw, film ini juga berhasil saya juga nangis bombay.

Saya sudah nonton drama ini berkali-kali, dua kali saya nonton di TATV (stasiun TV lokal di Yogyakarta dan Surakarta) sekitar tahun 2007 yang lalu, dan sisanya saya nonton di Youtube (beruntungnya saya karena ada orang Romania yang meng-upload drama ini di Youtube lengkap dengan subtitle-nya, yeiyyy!!!), maklumlah...nyari DVDnya susah banget, padahal klo nonton DVD kan lebih mantep, ya to???


Di negeri asalnya pada tahun 2003, Damo menjadi fenomena. Pada saat penayangan perdana, setelahnya website MBC langsung overload (server-nya down) gara-gara saking banyaknya orang yang menulis komentar tentang drama ini pada waktu yang hampir bersamaan. Para netizen Korea memecahkan rekor jutaan posting di hari perdana penayangan Damo, bahkan rekor itu belum terpecahkan hingga beberapa tahun.

Film ini tak hanya sukses di Korea dan Asia, tapi juga ditayangkan di Eropa dan Amerika. Leonard Norwitz di dvdbeaver.com memberi opini positif terhadap film ini:
Little did [MBC] know that on a hot night in July [2003], Korean TV Dramas would never be the same again. One of the first obvious consequences of the 'wired' culture in Korea was the changing attitudes towards Drama viewership and their importance vis-à-vis the role of the Internet. Whereas before producers would only look at the ratings, now legions of netizens would start writing, commenting, discussing about the shows, regardless of their popularity. You didn't just have a bunch of numbers, but a collection of a thousand, ten thousand, sometimes a hundred thousand opinions. Was last night's show good? Did the lead actress' acting stink? . . . An amazing number of people got together, discussed about the Drama, went back to the spots and locations which left a lasting impression on them after watching the series. Yet, that was nothing compared to 'Damo'. Within hours of the end of the show, the official website went down. No, it wasn't the occasional server failure, it's just that a few hundred thousand people tried to post at the same time, and the site's message board was literally flooded with comments. Hundreds per hours, thousands per day. A few weeks after the show started airing, the message board hit the Million post mark, something which never, ever happened for anything shown on Korean TV. 'Damo' had become more than a simple TV Drama. It was a full fledged cultural phenomenon.


Tak heran kenapa drama ini sukses, memang drama ini kereeeeeen banget. kalau saya gambarkan, drama ini emang paket lengkap.

Pertama ceritanya yang kompleks, drama ini tidak hanya berfokus pada masalah cinta-cintaan, tapi juga diimbangi dengan intrik politik yang porsinya saling melengkapi.

Kedua, chemistry para pemainnya dapet banget dan gak maksa, sehingga penonton dapat menikmati aliran ceritanya. Belakangan ini saya seringkali melihat drama Korea di mana akting dan chemistry para pemainnya bisa dibilang maksa banget, jadi kadang kalau lagi nonton, kita sering mengernyitkan dahi. Tapi tenang, hal itu gak akan terjadi kalau kita nonton Damo :)

Ketiga, akting para pemainnya luar biasa bagus, hal ini akan lebih kelihatan jika kita menonton drama ini dengan subtitle, bukan dengan dubbing, ekspresi mereka (baik itu suara atau pun wajah) akan lebih kelihatan pada saat kita menonton drama ini tidak dengan dubbing. Dan Jangan berharap bisa sering melihat Ha Ji Won, dan pemeran lainnya dalam keadaan cantik dan ganteng, karena mereka lebih sering harus bertarung dan berkelahi, jadi wajah dan baju mereka lebih sering dibikin kotor.

Akting Ha Ji Won seperti biasanya, sangat total dan baik, bagaimana dia menggambarkan kecemasan, kegundahan, dan kesedihannya, patut diacungi jempol. Dan menurut saya, aktingnya di drama ini lebih baik daripada aktingnya di Memories in Bali.

Akting Kim Min Joon tak kalah baik, dia dianugerahi artis pendatang baru terbaik karena membintangi film ini. Penghargaan itu memang pantas ia dapatkan, saat berperan sebagai Sung Baek, kharismanya keluar banget. Dan cewek-cewek pasti menjerit-jerit karena dia charming banget, terutama saat adegan-adegan Sung Baek dan Chae Ok di satu frame, whoa...pada saat itu pasti semua cewek pengen jadi Chae Ok, hehehehe. Well, bad boys always win girls' heart :)

Begitu juga dengan Lee Seo Jin, dia berperan sebagai orang yang tak nyaman dengan status sosial yang disandang, selain itu dia juga gundah akan perasaannya kepada Chae Ok, apakah dia mencintainya, atau hanya menganggapnya sebagai adik, semua itu dapat dia ekspresikan dengan baik. Hwangbo Yoon juga banyak melakukan pengorbanan demi Chae Ok, dia terlalu manis untuk ditolak, haha...

Keempat, teknik pengambilan gambarnya sangat bagus dan ada martial art-nya juga. Salah satu keunggulan drama ini yang banyak dipuji kritikus atau pun reviewer adalah visualnya. Teknik pengambilan gambarnya sangat baik. Adegan-adegan perkelahian di sini mengingatkan saya pada Crouching Tiger Hidden Dragon, indah banget. Ada adegan perkelahian di hutan bambu yang mengingatkan kita pada film-film Kung Fu asala China.

Kelima, soundtracknya dan back sound-nya pas banget, kalau adegannya sedih, penonton akan makin terasa 'ter-iris-iris' karena efek soundtrack-nya (terutama lagu A Song of Sorrow yang dinyanyikan oleh Kim Bum Soo). Walaupun ini adalah drama kolosal, akan tetapi beberapa soundtracknya bergenre pop modern. Biarpun bukan musik tradisional, tapi soundtracknya tetep pas kok. Berikut salah satu soundtrack utama drama ini.

Banyak kelebihannya, tapi drama ini juga gak lepas dari kekurangan, menurut saya jalan cerita pada episode terakhir (episode 14) agak sedikit dipaksakan, sigh... tapi tetep aja episode ini yang banyak menguras air mata saya. Dan saya masih bertanya-tanya, bagaimana hal yang begitu tragis digambarkan dengan begitu indah di drama ini...

Bagi penggemar drama Korea, drama ini wajib ditonton, biar pun dibikin tahun 2003, tapi kesan jadulnya sama sekali tidak terasa, selain itu, special efek dan teknik pengambilan gambarnya emang sangat baik. Bagi yang nonton lewat DVD atau Youtube, sepertinya perlu menonton dua atau tiga kali agar kita semakin bisa mengenali pemeran-pemeran pembantu dalam film ini. Kebanyakan dari mereka memakai seragam, kumis, topi, dan tatanan rambut yang hampir sama, sehingga mereka semua kelihatan seperti orang yang sama. Akhirnya, selamat menonton...

Serupa tapi tak sama...



Bingung pilih yang mana...






Cinta segilima, heheh...







Tidak ada komentar: