Kamis, 03 Maret 2011

Episode 14

"Ayah, tidak bisakah kau merelakan segalanya?" tanya Ki Hoon pada ayahnya. "Mungkin
saja itu adalah cara yang lebih mudah dibandingkan mencoba meraihnya. Akan lebih 
baik jika kau meninggalkan segalanya. Jika ayah melakukannya, maka aku akan 
menutupi semua kesalahan ayah dan kakak. Aku akan mengatakan bahwa semuanya 
kesalahanku dan bertanggung jawab. Setelah aku membantu Perusahaan Anggur Dae 
Sung agar tumbuh seperti sebelumnya, aku akan mengabdi dan hidup denganmu di 
sebuah rumah kecil. Kita bisa bermain dan memancing bersama. Jika gadis itu bisa 
memaafkan aku... Aku akan berlutut padanya dan membawanya sebagai menantumu. 
kami akan bekerja bersama untuk memberimu tunjangan. Jika kami memiliki bayi, 
kau akan menjaga bayi kami. Aku ingin hidup seperti itu. Ayah, bisakah kau 
melakukan itu dan merelakan segalanya? Jawab aku! Bisakah kau melakukannya?!"


Presiden Hong diam.
"Jika kau jatuh pingsan karena aku mengatakan tidak mau mengakuimu sebagai 
ayahku, maka artinya kau juga tidak ingin kehilangan aku." ujar Ki Hoon. "Bukankah 
begitu, Ayah?!"
"Aku tidak bisa merelakan semuanya." kata Presiden Hong. "Aku tidak akan 
melepaskannya. Aku tidak akan mengganggumu. Jadi mulai saat ini, jangan 
menggangguku. Tapi, walaupun aku tidak mengganggumu, Ki Jung berbeda. Ia akan 
mengganggumu, Kau membutuhkan aku."
Ki Hoon keluar dan menangis di tangga darurat.


Malam itu, Hyo Seon datang ke kemar Kang Sook. Dengan takut-takut, Hyo Seon 
bersandar di punggung Kang Sook.
"Apa aku seharusnya tidak bersandar padamu?" tanya Hyo Seon, bangkit.
"Kau bisa bersandar padaku." ujar Kang Sook.
"Aku... ditolak... secara resmi." kata Hyo Seon seraya bersandar pada punggung 
Kang Sook. "Aku memiliki seorang pria yang kusukai. Kau tidak tahu, bukan?" Hyo 
Seon menahan tangis. "Orang itu.. menolakku..."
Kang Sook hanya diam, mendengarkan.
Hyo Seon bangkit dan pergi meninggalkan ruangan.

Jung Woo berlari ke tempat Jang dan Eun Jo segera setelah Jang meneleponnya. 
Disana, Eun Jo sedang berbaring dalam mobil.
"Aku akan pergi." kata Jang, beranjak pergi.
"Apa kaupunya tempat untuk pergi?" tanya Jung Woo.
Jang mengangguk.
Jung Woo mengejar dan memberikan sejumlah uang pada Jang.
"Tidak perlu!" seru Jang, menolak.
Tapi Jung Woo memaksa. "Jika kau lapar, hubungi aku, jangan hubungi ibu Eun Jo." 
katanya. "Jangan datang, tapi aku yang akan ke sana."

Eun Jo dan Jung Woo tiba di rumah.
Eun Jo masuk ke rumah dan mengintip kamar ibunya. Kang Sook sedang duduk diam 
tak bergerak.
Eun Jo kemudian masuk menuju kamarnya. Hyo Seon ada disana, menunggunya pulang.
"Kakak, maukah kau bermain denganku?" tanya Hyo Seon.
"Kenapa?"
"Aku... dicampakkan oleh orang yang kusukai..." jawab Hyo Seon. "Aku... ditolak. 
Maukah kau bermain denganku?"
Eun Jo diam.
"Kakak, hatiku seperti terkoyak-koyak." kata Hyo Seon dengan mata berkaca-kaca.

"Kau bilang kau akan menjaganya!" seru Eun Jo pada Ki Hoon. "Kenapa kau 
menolaknya seperti ini? Dengan semua hal yang terjadi dalam hidupnya, bagaimana 
mungkin kau menolaknya?! Apa kau tahu orang seperti apa dia? Walaupun ibu tidak 
berada dipihaknya dan selalu jahat padanya, ia tetap berpikir ia beruntung 
karena memiliki ibu dan kakak seperti ini. Ia hanya melihat pada satu orang dan 
menyukai orang itu. Dan orang itu malah menolaknya?"
"Kau sudah selesai?" tanya Ki Hoon. "Dengan semua kata-kata tak berguna itu?"
"Apa?"
"Untuk seorang gadis seumurnya, hanya karena ia menyukaiku, lalu aku 
berkewajiban untuk menerimanya apapun yang terjadi?" tanya Ki Hoon datar. "Apa 
perasaanku tidak bisa bicara? Kenapa? Apa karena aku berhutang budi pada ayahnya, 
lalu aku harus menerima perasaannya? Apa kau membayar hutangmu dengan cara 
seperti itu?!"
"Tapi kenapa harus disaat seperti ini?!" seru Eun Jo.
"Tunggu!" kata Ki Hoon. "Apa ini yang sebenarnya? Apakah benar ini yang ingin 
kau katakan padaku? Jika aku mengatakan, 'Ya, aku salah. Aku akan menerima Hyo 
Seon'. Apa yang akan kaulakukan? Apa kau ingin aku mengatakan itu? apakah benar 
ini yang kau rasakan?"
"Lalu apa perasaanku yang sebenarnya?" tanya Eun Jo.
"Kau tahu perasaanmu."
"Apa?"


"Kau... padaku..." Ki Hoon menarik tangan Eun Jo. "Katakan sekali lagi. Jika kau 
mengatakannya lagi, maka keinginanku untuk meninggalkan segalanya, akan menjadi 
jelas lagi. Semua hutangku pada paman, semua kesalahanku, aku akan meninggalkan 
semuanya. Kau saja sudah cukup. Jika aku bisa memilikimu, aku melupakan masa 
laluku dan melanjutkan hidup." Ki Hoon menangis. "Apakah semua kata-katamu 
mengenai Hyo Seon... adalah perasaanmu yang sesungguhnya?"
Eun Jo diam, menangis.
Ki Hoon memeluknya. "Tidak mungkin, Eun Jo." katanya. "Ini sudah terlambat. Aku 
tidak bisa. Aku juga mengerti bahwa kau tidak bisa."
Eun Jo melepaskan diri dari pelukan Ki Hoon. "Hyo Seon... tolong pikirkan dia." 
katanya. "Jika ia akan lebih kesepian lagi, aku tahan melihatnya."
Eun Jo pergi dengan menangis.
Ki Hoon berdiri diam.


Jung Woo mengantar Eun Jo bandara untuk pergi membuat ragi dengan alat yang 
mereka sewa di Jepang.
Setelah Eun Jo pergi, Hyo Seon berbalik dan melewati Ki Hoon dengan kaku, hendak 
masuk ke dalam rumah.
"Kita harus melakukan banyak hal." kata Ki Hoon. "Saat Eun Jo ada di Jepang, kau 
harus menyelesaikan segalanya disini."
"Ya." kata Hyo Seon. "Pergilah terlebih dulu. Aku harus mengurus beberapa hal 
disini terlebih dulu."

Eun Jo menelepon Dong Soo untuk menanyakan mengenai hal yang ia minta.
"Kapan kau akan kembali?" tanya Jung Woo.
Tapi Eun Jo tidak mendengar. pikirannya melayang memikirkan tadi malam bersama 
Ki Hoon.


Empat orang wanita datang ke rumah Hyo Seon sambil marah-marah. Rupanya Heojin-lah 
yang menyuruh mereka datang.
"Ada apa, Bibi?" tanya Kang Sook.
"Keluar dari rumah ini." kata Bibi.
"Apa maksudmu?"
"Kau berselingkuh di belakang ayah Hyo Seon selama 8 tahun!" seru Bibi marah. "Karena
kau sudah melahirkan Joon Soo, maka aku akan menyimpan rahasia ini dari Hyo Seon. 
Seharusnya kau berterima kasih padaku karena ini dan keluar dari rumah ini 
secepatnya!"
"Aku benar-benar tidak mengerti maksudmu." kata Kang Sook.
Bibi menangis. "Keponakanku yang malang!" tangisnya. "Kasihan Dae Sung harus 
pergi seperti ini!"
Kang Sook mengelak. "Apa kau punya bukti bahwa aku berselingkuh?!" serunya marah. 
"Siapa yang menyebar gosip mengenai wanita yang tidak bersalah?!"
Bibi-bibi sangat marah. Ia menjambak rambut Kang Sook dan memukulinya habis-habisan.


Kang Sook menelepon seseorang sambil menangis-nangis, mengadi bahwa Bibi Choi 
Kyung Suk menghajarnya habis-habisan.
Setelah itu, ia menelepon kakek Hyo Seon dan menangis-nangis.

Disisi lain, Paman Hyo Seon menelepon seseorang dan menyebarkan gosip bahwa Eun 
Jo dan Jung Woo merencanakan sesuatu yang tidak baik. "Aku mendengarnya dengan 
jelas." katanya.
"Apa yang mereka katakan?" tanya Kang Sook, mendadak muncul di belakang Heojin. 
"Jadi ini semua, kau yang memulainya? Paman Hyo Seon, apa kau suka jika aku 
keluar dari rumah ini? Apa kau tahu siapa aku? Walaupun jika semua itu memang 
benar, kau tidak punya hak melakukan ini. Orang yang bisa mengusirku dari sini 
bukan kau. Jika ayah Hyo Seon bangkit dari kubur dan memintaku pergi, maka aku 
akan pergi. Hanya dia yang bisa mengusirku, bukan orang lain. Kemasi barang-barangmu 
dan pergi dari sini."

Paman pensupply beras datang ke Perusahaan Dae Sung.
"Paman!" seru Hyo Seon. "Kenapa kau datang tanpa pemberitahuan?"
Paman itu menelepon seseorang. "Kenapa kau sangat terlambat?" omelnya.
Setelah paman menutup telepon, ia bicara dengan Hyo Seon. "Kupikir berasnya akan 
datang kemari lebih dulu, ternyata aku datang lebih cepat daripada beras. 
Bagaimana ini bisa terjadi, Hyo Seon?"
"Beras?" tanya Hyo Seon bingung.
Tapi paman itu terus saja mengomel mengenai kemalasan para pekerjanya. Ia 
kemudian keluar dari ruangan. Hyo Seon dan Ki Hoon mengejarnya.
"Paman, terima kasih." ujar Hyo Seon membungkuk pada paman.
"Jika berasnya datang, terimalah dengan baik." kata paman.
Hyo Seon sangat terharu.
"Ini semua berkat kau, Hyo Seon." ujar Ki Hoon.
"Jangan lakukan itu." kata Hyo Seon datar. Ia meminta Ki Hoon agar tidak 
bersikap terlalu baik padanya.


Hyo Seon kemudian mengirim sms pada Eun Jo. Ia mengatakan bahwa masalah beras 
sudah selesai. Jika Eun Jo punya waktu luang, Hyo Seon memintanya menelpon.
Tidak lama kemudian, sebuah surat masuk ke email Hyo Seon. Ia membacanya.

Disisi lain, Ki Hoon mendapat pesan yang sama. Pesan tersebut dikirim oleh Eun 
Jo. Eun Jo mengatakan bahwa ia telah menyelesaikan masalah ragi dan akan pergi 
ke laboratorium. "Mesin itu menyelesaikan semua masalah kita dengan penggunaan 
ragi." katanya. "Aku akan segera tiba disana dengan berita bagus. Dan, mengenai 
nama ragi ini. Aku ingin tetap memberinya nama Dae Sung, aku ingin mendengar 
pendapat Hyo Seon. Balas secepatnya."

Hyo Seon pulang ke rumah untuk memberitahukan kabar baik ini pada Kang Sook. Ia 
masuk ke kamar Kang Sook namun Kang Sook tidak ada disana.
Hyo Seon meraih foto pernikahan Dae Sung dan Kang Sook. "Ayah." katanya. "Kakak 
berhasil melakukannya. Dia tidak menamai ragi itu dengan namanya. Ia mengatakan 
akan memberikan namamu pada ragi itu. Kau tidak suka? Jika kau tidak suka, 
katakan padaku. Aku akan meminta Eun Jo memberi nama ragi itu dengan namanya." 
Hyo Seon menangis dan memeluk foto Dae Sung. "Kau suka bukan? Aku juga suka."

Hyo Seon pergi menemui Dong Soo dan menceritakan segalanya mengenai keberhasilan 
Eun Jo membuat ragi. Dong Soo mencatat setiap kata-kata Hyo Seon di laptop.
"Nama ragi itu adalah Dae Sung Sakarumarisis." kata Hyo Seon. "Tapi, Dong Soo, 
tidakkah kau terlalu banyak menerbitkan artikel mengenai kami?"
"Aku tidak menerbitkannya di majalah." jawab Dong Soo. "Aku menerbitkannya di 
blogku. Kapan Eun Jo akan kembali? Jika ia kembali, aku juga ingin 
mewawancarainya. Menurut pendapatku, blogku lebih populer dibandingkan dengan 
majalah. Aku ingin memasukkan beberapa gambar di blog. Kau boleh pergi sekarang. 
Lain kali, datanglah bersama Eun Jo."


Hyo Seon pulang ke Perusahaan. Di sana, ada banyak orang yang datang dan 
berteriak histeris, "Kami mencintaimu, Goo Hyo Seon!!" Layaknya fans yang 
menemui artis idolanya. Mereka memotret-motret Hyo Seon.
Hyo Seon bingung.
"Mereka adalah anggota internet fan club." kata Ki Hoon menjelaskan. "Mereka 
datang setelah melihat iklan dan membaca artikel dan blog Dong Soo. Kau menjadi 
bintang."

Ki Hoon menelepon Eun Jo. Sepertinya kesehatan Eun Jo sedang buruk.
"Apa kau sudah melihat mesin itu?" tanya Eun Jo.
"Aku baru akan melihatnya."

Ki Jung bicara dengan salah satu anak buah perusahaannya.
"Aku sudah mengatakan pada mereka bahwa kita akan menjual anggur dengan harga 
yang lebih murah daripada Anggur Dae Sung."
"Lalu, apa yang mereka katakan?" tanya Ki Jung.
"Karena mereka sudah menekan kontrak dengan Perusahaan Anggur Dae Sung, jadi itu 
mustahil tapi..."
"Tapi apa?" tanya Ki Jung lagi.
"Mereka meminta waktu untuk berpikir."


Malam itu, Joon Soo datang ke kamar Hyo Seon untuk tidur bersamanya. "Ibu berbau 
alkohol." keluh Joon Soo.
Hyo Seon bergegas pergi ke kamar Kang Sook. "Ibu, kenapa kau minum alkohol?" 
tanyanya.
"Aku tidak tahu orang seperti apa aku ini." kata Kang Sook. "'Hal yang paling 
kutakutkan adalah... jika aku harus melanjutkan hidup tanpanya'... ayahmu 
mengatakan itu. Aku membacanya lagi dan lagi sampai airmataku berhenti."
Hyo Seon memeluk Kang Sook.
"Apa kau adalah putrinya?" tanya Kang Sook. Hyo Seon mengiyakan. "Apakah kau 
putri pria bodoh itu? Jika ia tahu betapa menakutkan hidup tanpa aku, lalu 
kenapa dia meninggalkan aku? Membuatku hidup tanpa dia?"
Hyo Seon mengangkat tangan Kang Sook ke rambutnya. Kang Sook diam sejenak 
kemudian membelai kepala Hyo Seon dan menangis.


Eun Jo akhirnya pulang ke Korea. Wajahnya terlihat sangat pucat.
"Aku akan membawamu ke rumah sakit." kata Jung Woo.
"Pergi ke perusahaan." pinta Eun Jo tegas.


Sesampainya disana, Eun Jo mendengar Ki Hoon bicara ditelepon. "Apa maksudmu?" 
tanyanya. "Kau tidak memberiku penjelasan yang masuk akal! Halo? Halo?"
Orang diseberang saluran memutus telepon.
"Ada apa?" tanya Eun Jo.
"Mereka mengatakan akan membatalkan kontrak penyewaan alat." kata Ki Hoon. "Juga 
kontrak pemesanan."
"Apa maksudmu?" tanya Eun Jo. "Sampai aku pergi, kau berjanji..." Mendadak Eun 
Jo batuk-batuk parah.
Hyo Seon mendekatinya. "Ada apa?" tanyanya cemas. Eun Jo pingsan. "Kakak! Kakak!"
Ki Hoon menggendong Eun Jo dan membawanya ke mobil. Ia mendorong Jung Woo dan 
mengemudikan mobilnya pergi.
Jung Woo dan Hyo Seon menatap kepergian mereka dengan cemas.


Hyo Seon masuk lagi ke kantor dan menelepon seseorang dengan menggunakan bahasa 
Jepang.
"Halo. Ini Perusahaan Anggur Dae Sung." katanya. "Mengenai pembatalan kontrak, 
aku ingin mendengar penjelasan."
Jung Woo menatap Hyo Seon.

Eun Jo meminta agar Ki Hoon membawanya kembali ke perusahaan. Tapi, dengan 
berteriak marah, Ki Hoon menyuruhnya diam dan berbaring.

Hyo Seon menemui Hong Ki Jung.
"Aku tidak punya banyak waktu." kata Ki Jung. "Tolong dipercepat."
"Apakah kau orang yang membuat perjanjian dengan perusahaan Jepang..." tanya Hyo 
Seon, namun Ki Jung menyuruhnya diam.
"Aku tidak datang untuk bicara dengan seorang anak kecil." kata Ki Jung mengejek. 
"Apa hubungan antara kontramu dengan kontrak kami? Orang yang memilih salah satu 
dari kita adalah pembuat kontrak. Apakah kau datang untuk membicarakan 'fair 
play'? Tidak peduli bagaimana kau mendapatkan kontrak itu, tapi ini adalah 
kontrak yang sulit juga untuk kami. Aku berhasil mendapatkan kesepekatan. Jika 
kau kecewa, itu masalahmu, bukan masalahku."
Hyo Seon terlihat kesal.
Ki Jung tersenyum sinis. "Kau putri tertua atau putri termuda?" tanyanya. "Apakah 
kau yang berhasil menemukan cara baru fermentasi ragi?"
"Kenapa kau ingin tahu?"
"Jika kau memang orang itu, ada sesuatu yang ingin kukatakan." ujar Ki Jung.
"Apa yang ingin kau katakan?"
"Apakah kau orang yang menemukan ragi?" tanya Ki Jung lagi.
"Bukan."
"Kalau begitu, kau pasti putri termuda." ujar Ki Jung. "Tolong katakan pada 
kakakmu bahwa aku ingin bertemu dengannya. Kupikir hari ini yang akan datang 
adalah putri tertua. Jika aku tahu yang datang hanya anak kecil, aku tidak akan 
mau menemuinya."

Hyo Seon kembali ke rumahnya saat hari sudah gelap. Ki Hoon mengatakan padanya 
bahwa Eun Jo sudah bersedia dirawat di rumah sakit selama sehari.
"Sekarang ibumu ada di rumah sakit. Ia menyuruhmu menjaga Joon Soo." kata Ki 
Hoon.
"Perusahaan Hong." kata Hyo Seon datar. "Mereka lebih memilih menekan kontrak 
dengan Perusahaan Hong dibandingkan dengan kita."
"Darimana kau tahu?" tanya Ki Hoon.
"Maksudmu, kau sudah tahu?" tanya Hyo Seon, bingung. "Kenapa Perusahaan Hong 
memperlakukan kita seperti ini? Mereka bukan perusahaan yang akan bermain-main 
seperti ini. Aku yakin alasan mereka mencari masalah dengan kita bukan untuk 
mendapatkan keuntungan yang besar. Pengemis seperti dia... ia pikir aku akan 
membiarkannya begitu saja? Besok, aku akan bertemu dengan Dong Soo. Dengan semua 
kekuatanku, aku tidak akan melepaskan mereka."
"Pengemis?"
"Presiden Perusahaan Hong." jawab Hyo Seon. "Aku bertemu dengan Hong Ki Jung."
"Kau bertemu dengannya?"
"Aku tidak akan pernah melepaskannya." kata Hyo Seon penuh kemarahan.


Hyo Seon masuk ke dalam rumah untuk menengok adiknya. Ia merapikan semua mainan 
Joon Soo. Di samping tempat tidur, ada piring kotor bekas makan Joon Soo. Hyo 
Seon merapikannya.
Tanpa sengaja, Hyo Seon melihat jurnal milik Dae Sung yang terbuka.
"Ah. tulisan ayah!" seru Hyo Seon. Ia membacanya.

Keesokkan harinya, Jung Woo mengantar Eun Jo dan Kang Sook pulang ke rumah.
Kang Sook menanyakan pada Eun Jo, "Jika tiba-tiba nanti malam kita diusir dari 
rumah ini, apa yang akan kau lakukan?" Sepertinya Kang Sook sengaja membuat 
jurnal Dae Sung terbuka agar Hyo Seon membacanya.
Eun Jo menjawab, jika kontrak ini tidak berjalan lancar sesuai rencana, maka 
walaupun tanpa disuruh, mereka harus pergi sendiri dari rumah itu.


Kang Sook masuk ke kamarnya. Disana, ia melihat Hyo Seon duduk membaca semua 
jurnal ayahnya. Ia menoleh ke atah Kang Sook dengan pandangan marah.




credit to princess-chocolates.blogspot

Tidak ada komentar: